Hari kedua perjalanan kami. Pagi ini, destinasi berikut kami adalah ke Shenzhen, China Mainland. Berdasarkan informasi yg pernah aku baca sebelumnya, dari Hongkong ke Shenzhen, cukup dengan naik kereta api dari stasiun Hunghom hingga perbatasan Hongkong-Shenzhen di stastiun Lowu. Jam 9 pagi kami sudah siap untuk berangkat. Setelah membaca peta MTR.. Wow, ribet juga ya jalan menuju Hunghom. Harus beberapa kali ganti kereta api.
Stasiun terdekat hotel kami, adalah Olympic. Dari Olympic musti ganti 3x ganti kereta api untuk mencapai kereta api jurusan Lowu. Akhirnya, kami bertanya ke petugas hotel. Ternyata, gak perlu serepot itu. Dari hotel kami, cukup berjalan kaki 2 blok saja, lalu cari perhentian minibus dengan nomor 12A.
Bertambah lagi experience kami di Hongkong dengan mencoba publik transportasi yang lain selain kereta api (MTR). Tiba di Hunghom, karena belum sarapan, kami sempatkan diri untuk sarapan pagi di stasiun. Selanjutnya kami bergegas naik kereta api. Perjalanan dari Hunghom ke Lowu memakan waktu 1 jam. Kereta api dari Hunghom ke Lowu sama dengan kereta api - MTR. Jadi kalau tidak dapat tempat duduk, ya berdiri bergelantungan. Untungnya, karena hari sudah siang, jadi kami dapat tempat duduk. Tiba di Lowu, kami memasuki imigrasi. Setelah proses di imigrasi selesai, akhirnya... Shenzhen.... Here I come....
Tujuan pertama kami di Shenzhen adalah Windows of The World. Di Shenzhen juga ada kereta api bawah tanah - MRT. Tapi, aku bersikeras tidak mau naik kereta api bawah tanah. Sudah jauh - jauh datang ke Shenzhen. Masa gak liat kota Shenzhen. Jadi, aku memutuskan agar kami semua naik bis umum. Karena tidak tahu dimana terminal bis terdekat, aku bertanya ke security. Malah diusir oleh security karena dia tidak mau berbahasa inggris. Kami terus berjalan keluar Lowu sambil mencari petunjuk arah yang kebanyakan bertuliskan kanji mandarin. Akhirnya ketemu juga itu terminal bis. Pusing lagi deh mau nomor berapa yang lewat ke Windows of The World. Ada penjual peta. Dengan tarik urat menawar harga, dapatlah sebuah peta rute bis. Ternyata ada 1 bis yang lewat Windows of the world, dan kebetulan bisnya belum jalan. Bergegas kami naik ke bis tersebut. Lagi-lagi bingung deh. Di dalam bis tersebut, ada keneknya. Jadi, kami cukup bilang ke kenek bis (perempuan) bahwa kami bermaksud ke Windows of the world. Petugas itu menyodorkan semacam EDC untuk pembayaran tiket bis. Perjalanan dari Lowu ke Windows of the world cukup lama, sekitar 1,5 jam-an. Aku puas sekali bisa melihat-lihat kota Shenzhen. Jalan - jalannya lebar, banyak gedung bertingkat. Kotanya rapi dan bersih.
Tiba di halte Windows of the world, kami harus turun ke dalam terowongan, untuk menyeberang jalan ke Windows of the world. Sebetulnya apa sih Windows of the world itu? Windows of the world adalah kumpulan icon2 dunia, seperti Menara Eiffel, Piramida, dll. Pintu dari terowongannya pun berbentuk Musee De Lovre. Begitu melewati Musee De Lovre, kita bisa melihat icon2 dunia seperti Menara Eiffel.
Karena hari sudah pukul 1 siang, sebelum masuk ke Windows of The World, kami memutuskan makan siang dulu. Banyak restaurant di depannya. Bagi orang muslim, di situ ada koq restaurant cepat saji KFC. Hanya gak ada nasi kayak di Indonesia. He he he. Ga apa2lah, daripada gak makan sama sekali. Setelah makan, kami pun membeli tiket dan masuk. Kami menghabiskan waktu kurang lebih 3 jam di Windows of the World, dan gerimis sudah mulai turun. Kami memutuskan untuk kembali ke Lowu untuk berbelanja. Kali ini, kami menggunakan kereta api bawah tanah. Di stasiun MRT, kami kesulitan mencari rute Lowu karena mesinnya berbahasa Mandarin. Setelah mencari di beberapa mesin, akhirnya ada 1 mesin yang menggunakan bahasa inggris. Perjalanan dari Windows of The World ke Lowu memakan waktu 30 menit. Di Lowu, aku dan teman2ku berpisah. Kami berpencar belanja sesuai kebutuhan. Lowu ini terkenal dengan barang2 KW seperti di Mangga Dua. Tapi berbelanja disitu harus menawar habis2an. Tawar menjadi 1/3 harga. Ada tas, dompet, baju, elektronik murah. Aku membeli earphone Dr Beat hanya Rp 200 ribu. Lumayanlah. Kualitasnya cukup bagus. Kami kembali ke Hongkong sudah pukul 8 malam. Dari stasiun Lowu ke Hunghom, penuh sekali penumpangnya. Banyak penumpang yang membawa koper ataupun trolly bag. Mungkin mereka berbelanja untuk dijual lagi. Termasuk penumpang asal Indonesia pun bisa ditemukan dalam kereta api tersebut.
Karena hari sudah malam, perut lapar dan lelah, kami tidak turun di Hunghom. Kami turun di stasiun Mongkok East dan lanjut naik taksi ke hotel.
Selesai perjalanan hari kedua kami.
Hongkong - Macau - Shenzhen : Day 1
Kali ini, kami berangkat dari Jakarta menggunakan pesawat Garuda Indonesia yang terbang jam 12 malam. Liburan ini, kami akan berkeliling Hongkong - Macau dan Shenzhen. Untuk masuk ke Shenzhen, kami sudah mengambil visa China sejak 3 minggu sebelum keberangkatan.
Tiba di Hongkong Int' airport pukul 6 pagi waktu setempat. Untunglah, bulan Mei sudah tidak dingin seperti waktu kedatanganku pertama kalinya ke Hongkong. Setelah proses imigrasi dan mengambil bagasi, kami membeli tiket Octopus dan tiket Airport Express. Kami membeli tiket Octopus ini gunanya untuk kemudahan kami dalam menggunakan moda transportasi selama di Hongkong. Karena liburan ini, aku tidak menggunakan tour. Benar - benar mengandalkan GPS di handset dan catatan rencana perjalanan.
Karena hotel kami berada di Kowloon, maka kami pun turun di stasiun Kowloon dan menggunakan taksi menuju hotel. Pagi itu, masih pukul 8 pagi. Kami belum bisa check in di hotel, sehingga kami melapor, menitipkan bagasi, ganti baju dan cuci muka. Selanjutnya kami sarapan pagi di Mc Donald yang berada persis di seberang hotel. Berikutnya, pagi itu, aku dan kawan - kawan menuju stasiun MTR terdekat (Olympia) dan mengambil rute ke Tsim Tsa Tsui.
Cuaca pagi itu kurang begitu bersahabat, langit nya mendung dan sempat turun hujan. Mungkin karena masih pergantian cuaca dari musim dingin ke musim panas. Kami berfoto di Avenue of Stars, dermaga Tsim Tsa Tsui. Selanjutnya kami berjalan kaki menuju China Harbour untuk menyeberang ke Macau. Ya, rencana di hari pertama itu adalah Macau.
Karena kami kurang tidur selama perjalanan dari Indonesia, kami tertidur nyenyak di kapal yang membawa kami ke Macau. Tiba di Macau, waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang. Kami pun menyewa mobil yang akan membawa kami keliling Macau. Rute pertama, seperti perjalanan liburan ku terdahulu, Fisherman Wharf. Kali ini, supir mobil sewaan, memberhentikan mobilnya di tema Jepang/ China. Liburanku sebelumnya, supir mobil sewaan berhenti di tema Yunani.
Selanjutnya, karena kami belum makan siang, kami minta diantarkan di restorant India, yang sudah pasti menjual menu nasi (maklum orang Indonesia, harus ketemu nasi). Untungnya, tidak jauh dari restorant India tersebut, kami bisa melihat patung Dewi Kwan Im modern. Kalau diperhatikan, koq kayak putri duyung yah?? :)
Selanjutnya, kami menuju Macau Tower. Pada liburanku terdahulu, aku hanya berfoto di kaki Macau Tower. Kali ini, aku dan kawan - kawan, memutuskan untuk naik ke atas Macau Tower dengan membayar 130 MOP atau sekitar 150 ribu rupiah per orang. Bagi orang yang phobia ketinggian seperti aku, berada di Macau Tower agak tidak nyaman. Karena aku ga berani untuk berada di dekat jendela, juga ketika lift menuju ke atas. Karena lift nya kaca dan dari dalam lift bisa melihat pemandangan keluar. Di atas Macau Tower, kami bisa melihat pemandangan Macau 360 derajat. Indah sekali. Tentunya pasti bagus jika malam hari.
Dari Macau Tower, kami dibawa ke sebuah gereja,yang aku tidak familier dengan namanya tetapi pemandangan di sekitar gereja itu bagus sekali. Kami bisa melihat Macau Tower di kejauhan dengan jembatan yang menghubungkan Macau Island dengan China Island dan Taipa / Cotai.
Dari gereja itu, kami menuju Seranado Square, suatu daerah di Macau yang ramai dikunjungi turis - turis. Disitu banyak terdapat bangunan dengan model bangunan Portugis. Wah serasa di Eropa nih. Kami sempat berfoto - foto dan juga belanja cenderamata yang bertuliskan Macau.
Setelah foto - foto di Seranado Square, mobil membawa kami ke destinasi wisata terakhir yang wajib dikunjungi di Macau sebelum kami meluncur ke Taipa/Cotai, yaitu gereja St. Ruins Paul.
Setelah itu, kami pun dibawa ke Taipa/ Cotai. Kami minta diturunkan di The Venetian. Kami menghabiskan waktu sore itu di The Venetian. Sempat juga membeli egg tart yang 'katanya' terkenal di Macau untuk jajanan sore itu. Pukul 7 malam, kami memutuskan untuk kembali ke Kowloon. Kami menaiki bis gratis dari The Venetian yang membawa kami ke Macau Harbour. Tiba di China Harbour, sudah pukul 8 malam. Karena sudah sangat lelah dan mengantuk, kami memilih naik taksi kembali ke hotel untuk beristirahat.
Hongkong - Macau : Last Day
Hari ini adalah hari terakhir kami di Hongkong. Dan merupakan hari bebas untuk berbelanja. Untunglah, karena hotel kami berada di Causeway Bay, memudahkan kami untuk berbelanja. Untuk hari terakhir tidak banyak yang bisa diceritakan, karena memang hanya untuk shopping.
Kami menuju bandara Int' Hongkong pukul 1.30. Tiba di bandara pukul 3. Pesawat yang akan membawa kami ke Jakarta adalah pukul 5 sore.
Dan berakhirlah perjalanan unplanned trip kali ini. :)
Kami menuju bandara Int' Hongkong pukul 1.30. Tiba di bandara pukul 3. Pesawat yang akan membawa kami ke Jakarta adalah pukul 5 sore.
Dan berakhirlah perjalanan unplanned trip kali ini. :)
Hongkong - Macau : Day 2
Hari kedua, pagi - pagi aku sudah dibangunkan oleh rekanku, jam 7 pagi. Berat sekali untuk bangun pagi itu. Selain udaranya dingin banget, badan juga pegal - pegal karena jalan kaki. Setelah mandi dan sarapan, kami menuju Victoria Park, sebuah taman yang terkenal tempat berkumpulnya para TKI di hari libur. Memang benar, pagi itu, kami bertemu dengan beberapa orang TKI yang sedang berjalan - jalan di taman tersebut. Entah membawa anak majikannya yang masih kecil ataupun bertemu dengan rekan - rekan sesama TKI. Udaranya dingin sekali. Menggigil berada di taman tersebut. Padahal, cuaca sekitar 14 derajat celcius. Pukul 10 kami bertemu dengan rekan - rekan yang lain. Hari itu, direncanakan akan menuju Macau.
Karena kami menginap di daerah Causeway Bay, suatu daerah di Hongkong Island yang mirip dengan Orchard Road - Singapore. Banyak terdapat mall dengan brand - brand terkemuka, kami masuk ke beberapa toko sambil berjalan menuju stasiun kereta api bawah tanah atau MTR (di Hongkong disebutnya MTR). Makan siang kali ini, kami makan di restorant Indonesia yang cukup terkenal dan berlokasi di seberang Konjen Indonesia. Namanya Warung Chandra. Terdapat perwakilan bank dari Indonesia seperti BNI dan BCA di daerah situ. Setelah makan siang, kami pun menuju stasiun MTR yang akan membawa kami ke Hongkong Central dan menuju pelabuhan Turbo Jet.
Tiba di Macau, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Antrian imigrasi cukup panjang. Karena jika weekend, banyak orang dari Hongkong (turis maupun orang Hongkong) pergi berlibur dan berjudi di Macau. Keluar dari Imigrasi, kami menyewa mobil untuk berkeliling Macau (city tour).
Stop pertama, di Fisherman Wharf, merupakan Theme Park di Macau. Kami hanya berfoto di depannya, karena unik dan terdiri dari beberapa tema.
Selanjutnya, kami menuju Macau Tower. Sebuah tower dengan ketinggian 233 meter. Sore ini, kami tidak naik ke puncaknya karena sudah sore dan masih banyak destinasi lain yang dikunjungi. Jadi kami cukup puas dengan berfoto di kaki Macau Tower.
Destinasi berikutnya, sudah pasti area lokasi perjudian/ casino di Macau, Grand Lisboa. Akhirnya bisa foto juga di depan hotel dan casino Grand Lisboa, yang kalau ga salah menjadi tempat shooting film nya Jhonny English Reborn.
Dari situ, kami menuju gereja yang menjadi icon dan wajib di kunjungi kalau ke Macau, St. Ruins. Gereja yang hanya dinding nya saja. Ruins of St. Paul’s Church adalah gereja yang kini hanya menyisakan fasa depan dan tangga yang selamat dari kebakaran hebat pada tahun 1835. Pertama kali dibangun pada tahun 1580, Gereja St. Paulus mengalami kebakaran pada tahun 1595 dan 1601.
Karena kami menginap di daerah Causeway Bay, suatu daerah di Hongkong Island yang mirip dengan Orchard Road - Singapore. Banyak terdapat mall dengan brand - brand terkemuka, kami masuk ke beberapa toko sambil berjalan menuju stasiun kereta api bawah tanah atau MTR (di Hongkong disebutnya MTR). Makan siang kali ini, kami makan di restorant Indonesia yang cukup terkenal dan berlokasi di seberang Konjen Indonesia. Namanya Warung Chandra. Terdapat perwakilan bank dari Indonesia seperti BNI dan BCA di daerah situ. Setelah makan siang, kami pun menuju stasiun MTR yang akan membawa kami ke Hongkong Central dan menuju pelabuhan Turbo Jet.
Tiba di Macau, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Antrian imigrasi cukup panjang. Karena jika weekend, banyak orang dari Hongkong (turis maupun orang Hongkong) pergi berlibur dan berjudi di Macau. Keluar dari Imigrasi, kami menyewa mobil untuk berkeliling Macau (city tour).
Stop pertama, di Fisherman Wharf, merupakan Theme Park di Macau. Kami hanya berfoto di depannya, karena unik dan terdiri dari beberapa tema.
Selanjutnya, kami menuju Macau Tower. Sebuah tower dengan ketinggian 233 meter. Sore ini, kami tidak naik ke puncaknya karena sudah sore dan masih banyak destinasi lain yang dikunjungi. Jadi kami cukup puas dengan berfoto di kaki Macau Tower.
Destinasi berikutnya, sudah pasti area lokasi perjudian/ casino di Macau, Grand Lisboa. Akhirnya bisa foto juga di depan hotel dan casino Grand Lisboa, yang kalau ga salah menjadi tempat shooting film nya Jhonny English Reborn.
Dari situ, kami menuju gereja yang menjadi icon dan wajib di kunjungi kalau ke Macau, St. Ruins. Gereja yang hanya dinding nya saja. Ruins of St. Paul’s Church adalah gereja yang kini hanya menyisakan fasa depan dan tangga yang selamat dari kebakaran hebat pada tahun 1835. Pertama kali dibangun pada tahun 1580, Gereja St. Paulus mengalami kebakaran pada tahun 1595 dan 1601.
Rekosntruksi dilakukan pada tahun 1602 dan selesai pada 1637. Pada saat itu gereja ini menjadi gereja Katolik terbesar di Asia Timur. Kebakaran melanda lagi pada tahun 1835 sehingga menyisakan bangunan yang kini bisa dikunjungi wisatawan. Padahal konon, gereja ini dibangun dengan batu putih dan memiliki atap berkubah besar.
Selanjutnya kami menuju pulau berikutnya, yaitu daerah Taipa - Cotai, dimana terdapat Hotel dan Casino yang besar - besar seperti The Venetian Macau, The City of Dreams,dll. Dan di drop oleh mobil sewaan di The City of Dreams.
Di The City of Dreams, tentunya disempatkan membeli kaos bertuliskan Hard Rock Macau di Hard Rock Cafe dan Hard Rock Hotel. Selanjutnya, kami menyeberang ke The Venetian. Tidak perlu jauh - jauh ke Eropa, di The Venetian pun dibangun seperti layaknya Venesia. Dengan sungai buatan dan juga kano dan pendayung kano yang menyanyi dengan suara merdunya.
Pukul 9 malam, kami bergegas naik ke bis yang akan membawa kami kembali ke pelabuhan Macau. Oh ya, di Macau ini, hotel dan casino besar menyediakan bis gratis yang membawa turis/pengunjung mall/hotel/casino dari dan ke pelabuhan. Kami memanfaatkan fasilitas ini tentunya. :)
Tiba di pelabuhan, kami menaiki Turbo Jet menuju Kowloon Ombaknya besar kalau sudah malam ini. Tiba di China Harbour sudah pukul 11 malam. Selanjutnya tujuan kami adalah Ladies Market. Sayangnya tiba di Nathan Road, ladies market nya sudah bubar. Akhirnya kami hanya menyusuri Nathan Road dan selanjutnya naik taksi menuju ke Causeway Bay. Karena banyak berjalan, kami kelaparan dan menyempatkan diri makan Mc Donald yang buka 24 jam. Kami makan hingga pukul 2 dan kembali ke hotel untuk beristirahat.
Hongkong - Macau : Day 1
Tidak pernah menyangka diajak ke Hongkong - Macau. Aku katakan ini sebagai Unplanned Trips karena trip ini tidak pernah masuk dalam list trips yang pengen aku datangi. Tanggal 17 Februari jam 8 pagi, aku dan temanku sudah berkumpul di Bandara Soekarno Hatta terminal 2D karena kami akan menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Pagi itu, antrian di imigrasi sangat panjang. Serombongan orang yang akan berangkat umroh memenuhi 3 antrian di imigrasi. Pukul 9.55, pesawat pun take off menuju Bandara International Hongkong.
Perjalanan menuju Hongkong, jujur saja, sangat membosankan. Selama 4 jam-an. Aku tidak betah berlama - lama di pesawat seperti itu. Mendengarkan musik sudah. Menonton film sudah. Makan siang sudah. Akhirnya, aku sempatkan diri untuk tidur.
Tiba di Bandara International Hongkong, waktu menunjukkan pukul 4 sore. Hongkong lebih cepat 1 jam dibandingkan dengan waktu Jakarta. Setelah proses di imigrasi dan mengambil koper, kami sudah dijemput di depan bandara. Fiuuh, bulan Februari, udara di Hongkong, masih dingin. Penunjuk suhu, saat itu, udaranya 14 derajat celcius. Padahal aku sudah pake jaket tebal, dan baju hangat, masih terasa dingin. Pikirku, siang aja dingin, gimana malamnya ya?
Begitu meninggalkan bandara, aku cukup takjub dengan pemandangannya. Bandara International Hongkong terletak di pulau kecil dan untuk itu, melewati jembatan yg sangat panjang. Jembatan menghubungkan Bandara dengan Lantau Island (Disneyland ada di pulau ini nih). Karena takjub dengan jembatan panjang itu, driver penjemput membawa kami ke suatu lokasi untuk berfoto dengan latar belakang jembatan panjang. Setelah itu, destinasi berikutnya adalah ke daerah Tsim Tsa Tsui di Kowloon. Di daerah ini, banyak sekali butik - butik merk terkenal seperti LV, Chanel, dll. Kali ini cukup liat - liat dari luar toko aja. Hehehe. Foto - foto sebentar di 1881 HERITAGE,
Selanjutnya, kami berjalan kaki ke Dermaga..... dimana terlihat view Hongkong Islands.
Eh, jadi kami saat itu bukan berada di Hong Kong Island. Setelah itu, menyusuri tepian dermaga menuju Avenue of Stars. Kami dijemput lagi oleh driver dan kami makan malam di restoran chinesse food tapi Halal. Sangat sulit menemukan restaurant demikian karena label Halal sangat mahal lisensinya. Tidak sembarang restaurant bisa memasang label halal karena acapkali ada sidak sertifikasi. Setelah kenyang, destinasi berikutnya adalah Victoria Peak. Menuju The Peak, melihat view Hongkong di malam hari dari bukit. Udara malam itu sudah mulai dingin. Informasinya, di The Peak suhu mencapai 7 derajat. Langsung saja, aku menambah ketebalan pakaian dengan memakai sweater. Lengkap sudah 3 lapis baju yang aku kenakan.
Tiba di The Peak Gallery, kami menyempatkan diri mampir ke Madamme Tussaud, yang merupakan museum patung lilin yang menyerupai tokoh - tokoh terkenal, artis, politisi, atlet, pejabat dunia, dan tokoh film.
Setelah foto - foto, kami naik ke tingkat paling atas di The Peak Gallery, yaitu Sky Terrace 360. Di tempat ini, kita bisa melihat pemandangan kota Hongkong di malam hari. Udaranya sangat dingin. Anginnya kencang. Tanganku gemetaran untuk memegang kamera dan menjepretnya. Memasang tripod pun cukup sulit karena dingin. Pipi rasanya udah kebal. Tidak lama berada disitu, buru - buru masuk kembali. Selepas dari The Peak Gallery, next destination adalah Lan Kai Fung. Tempat hiburan malam, dimana tujuan kami adalah Hard Rock Cafe. Bukan untuk clubbing, niatannya mau membeli kaos kenang - kenangan Hongkong. Di daerah itu, banyak sekali cafe - cafe sepanjang jalan. Ramai dipenuhi pemuda pemudi Hongkong dan orang bule. Keren - keren juga orang Hong Kong. Seperti artis film mandarin. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Kami segera diantarkan ke hotel di daerah Causeway Bay. Lokasi hotel kami, tepat diseberangnya Victoria Park, taman yang terkenal sebagai ajang pertemuan para TKI. Akhirnya bisa ketemu kasur juga deh.
Perjalanan menuju Hongkong, jujur saja, sangat membosankan. Selama 4 jam-an. Aku tidak betah berlama - lama di pesawat seperti itu. Mendengarkan musik sudah. Menonton film sudah. Makan siang sudah. Akhirnya, aku sempatkan diri untuk tidur.
Tiba di Bandara International Hongkong, waktu menunjukkan pukul 4 sore. Hongkong lebih cepat 1 jam dibandingkan dengan waktu Jakarta. Setelah proses di imigrasi dan mengambil koper, kami sudah dijemput di depan bandara. Fiuuh, bulan Februari, udara di Hongkong, masih dingin. Penunjuk suhu, saat itu, udaranya 14 derajat celcius. Padahal aku sudah pake jaket tebal, dan baju hangat, masih terasa dingin. Pikirku, siang aja dingin, gimana malamnya ya?
Selanjutnya, kami berjalan kaki ke Dermaga..... dimana terlihat view Hongkong Islands.
Eh, jadi kami saat itu bukan berada di Hong Kong Island. Setelah itu, menyusuri tepian dermaga menuju Avenue of Stars. Kami dijemput lagi oleh driver dan kami makan malam di restoran chinesse food tapi Halal. Sangat sulit menemukan restaurant demikian karena label Halal sangat mahal lisensinya. Tidak sembarang restaurant bisa memasang label halal karena acapkali ada sidak sertifikasi. Setelah kenyang, destinasi berikutnya adalah Victoria Peak. Menuju The Peak, melihat view Hongkong di malam hari dari bukit. Udara malam itu sudah mulai dingin. Informasinya, di The Peak suhu mencapai 7 derajat. Langsung saja, aku menambah ketebalan pakaian dengan memakai sweater. Lengkap sudah 3 lapis baju yang aku kenakan.
Tiba di The Peak Gallery, kami menyempatkan diri mampir ke Madamme Tussaud, yang merupakan museum patung lilin yang menyerupai tokoh - tokoh terkenal, artis, politisi, atlet, pejabat dunia, dan tokoh film.
Setelah foto - foto, kami naik ke tingkat paling atas di The Peak Gallery, yaitu Sky Terrace 360. Di tempat ini, kita bisa melihat pemandangan kota Hongkong di malam hari. Udaranya sangat dingin. Anginnya kencang. Tanganku gemetaran untuk memegang kamera dan menjepretnya. Memasang tripod pun cukup sulit karena dingin. Pipi rasanya udah kebal. Tidak lama berada disitu, buru - buru masuk kembali. Selepas dari The Peak Gallery, next destination adalah Lan Kai Fung. Tempat hiburan malam, dimana tujuan kami adalah Hard Rock Cafe. Bukan untuk clubbing, niatannya mau membeli kaos kenang - kenangan Hongkong. Di daerah itu, banyak sekali cafe - cafe sepanjang jalan. Ramai dipenuhi pemuda pemudi Hongkong dan orang bule. Keren - keren juga orang Hong Kong. Seperti artis film mandarin. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Kami segera diantarkan ke hotel di daerah Causeway Bay. Lokasi hotel kami, tepat diseberangnya Victoria Park, taman yang terkenal sebagai ajang pertemuan para TKI. Akhirnya bisa ketemu kasur juga deh.
Subscribe to:
Posts (Atom)